Presiden Republik Indonesia Dr. H. SBY, Menteri Perumahan RI (PKS) & Ikang Fawzi (REI / PAN)

Presiden Republik Indonesia Dr. H. SBY, Menteri Perumahan RI (PKS) & Ikang Fawzi (REI / PAN)
Presiden Republik Indonesia Dr. H. SBY, Menteri Perumahan RI (PKS) & Ikang Fawzi (REI / PAN)

Pelantikan Ikang Fawzi jadi Duta LIPI & Kebun Raya Indonesia

Pelantikan Ikang Fawzi jadi Duta LIPI & Kebun Raya Indonesia
Penyematan untuk Ikang Fawzi oleh Wakil Menteri PU Dr. Hermanto & Ketua LIPI Prof. Dr. Umar Anggoro Jenni

Rocker Sekolahan Berorganisasi REI

Rocker Sekolahan Berorganisasi REI
Ikang Fawzi Pengurus Senior REI (Real Estate Indonesia)

Berorganisasi Sejak FISIP-UI sampai di FEB-UGM

Berorganisasi Sejak  FISIP-UI sampai di FEB-UGM
Ikang Fawzi Penyanyi Rock Intelektual Rajin Berorganisasi

Mengabdi di Almamater FISIP-Administrasi Niaga, UI (Universitas Indonesia)

Mengabdi di Almamater FISIP-Administrasi Niaga, UI (Universitas Indonesia)
Ikang Fawzi Mengajar Marketing Stategik, di FISIP UI, 2009

Ikang Fawzi Dosen Tamu Kelas Doktor FT-UI

Ikang Fawzi Dosen Tamu Kelas Doktor FT-UI
Teknik Lingkungan UI, Ikang Fawzi bersama Bu Yennel dari ITB, Kebun Raya Indonesia

"Puri Marissa" Persembahan Ikang Fawzi untuk Istri Tercinta Marissa Haque

"Puri Marissa" Persembahan Ikang Fawzi untuk Istri Tercinta  Marissa Haque
Marissa Haque Istri Ikang Fawzi & Mantan Menpera Akbar Tanjung (Senior HMI)

Tidak Ada Kata Gagal!

Gagal, Hanyalah Pernyataan dalam Kepala!

Gagal, Hanyalah Sebuah Kemenangan yang Tertunda!



Penyanyi Rock Sekolahan Juga Berpolitik

Penyanyi Rock Sekolahan Juga Berpolitik
Ikang Fawzi Alumni FIFIP-UI & FEB-UGM

Minggu, 13 Januari 2013

Bintik Matahari Raksasa Melepaskan Lidah Api Yang Kuat: dalam Marissa Haque & Ikang Fawzi



Pandangan suar matahari pada 11 Januari 2013 yang direkam oleh NASA's Solar Dynamics Observatory.


Astronesia-Permukaan matahari meletus dan membuat solar flare pada hari Jumat 11 Januari,melepaskan ledakan plasma super panas ke ruang angkasa.

Sebuah bintik besar matahari yang dikenal sebagai AR1654 menghasilkan flare kelas M1 pada pukul 4:11 AM EST (0911 GMT), kata ilmuwan dari NASA's Solar Dynamics Observatory. Pesawat ruang angkasa SDO adalah salah satu dari beberapa teleskop luar angkasa yang bertugas memantau aktivitas pada matahari.

Menurut Spaceweather.com, sunspot AR1654 tumbuh lebih aktif dan sekarang "Membentuk jilatan matahari dengan kelas M1" seperti yang meletus kemarin (11 Jan 2013).

"AR1654 yang semakin besar ternyata menuju ke arah Bumi," lapor situs web."Tidak hanya kesempatan meningkatkan flare, tetapi juga kemungkinan letusan diarahkan ke Bumi. Ini bisa menjadi bintik matahari yang mengganggu cuaca tenang disekitar planet kita.

Matahari saat ini berada dalam fase aktif siklus 11 tahunnya, para ilmuwan menyebutnya Solar Cycle 24. Siklus aktivitas matahari yang diperkirakan akan mencapai puncaknya (solar maksimum) pada tahun 2013, kata para ilmuwan.

http://astronesia.blogspot.com/

Gambar menunjukkan daerah aktif matahari AR1654 (ditandai) dibandingkan dengan ukuran Bumi dan Jupiter.Gambar ini di terbitkan oleh ilmuwan NASA Solar Dynamics Observatory pada tanggal 9 Januari 2013.

Lidah api matahari yang paling kuat,flare kelas memiliki efek paling signifikan terhadap Bumi .Mereka dapat menyebabkan badai radiasi yang tahan lama di atas atmosfer planet kita dan pemadaman radio.

Kelas flare Medium (M) dapat menyebabkan pemadaman radio singkat di daerah kutub dan sesekali badai radiasi kecil. Kelas C flare yang terlemah dari sistem klasifikasi ilmuwan dan memiliki konsekuensi terlihat sedikit.

Sumber: Space.com 



Bintik Matahari Raksasa Melepaskan Lidah Api Yang Kuat:  
dalam Marissa Haque & Ikang Fawzi

Rabu, 02 Januari 2013

"Ikang Fawzi Kembangkan Pusat Bisnis Prestisius Tambun (dlm Marissa Haque)"


Artis senior, Ikang Fawzi melalui PT Suryasakti Bumi Persada (PT SBP) bertekad mengembangkan sebuah pusat bisnis prestisius di Tambun, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.

"Kami bersiap meluncurkan ruko (rumah toko) 'de Green Square Tambun-Bekasi, sebuah produk 'property pioneer' yang dibangun di kawasan prestisius, sebagai pusat kawasan niaga terbesar, terlengkap dan terpadu untuk masyarakat Bekasi dan Tambun," kata Direktur Eksekutif PT Suryasakti Bumi Persada Ikang Fawzi saat dihubungi di.

Peluncuran de Green Square@Tambun sebagai pusat bisnis prestisius (terbesar, terlengkap dan terpadu) di Tambun-Bekasi, telah dilakukan pekan lalu. Kawasan ini, kata Ikang, merupakan jawaban atas permintaan dan kebutuhan masyarakat Tambun dan sekitarnya.

"Daerah Tambun mengalami pertumbuhan ekonomi yang sangat luar biasa dengan jumlah penduduk lebih dari 700 ribu jiwa," katanya.

Untuk itu, sebagai pengembang pihaknya sangat sangat peduli dan merasa terpanggil untuk membangun sarana terbaik dan tercanggih yang dibutuhkan masyarakat Tambun dan sekitarnya.

"Kami berkeinginan ada pemerataan pembangunan karena potensi ekonomi di daerah ini terus meningkat," katanya.

Ia juga memperkirakan, de Green Square@Tambun-Bekasi mampu menyerap tenaga kerja hingga ribuan orang.

"Kami siap membangun 180 unit ruko yang dibangun dengan konsep mall. Di depan setiap ruko, kami membuat selasar selebar 1,5 meter yang terintegrasi dengan setiap unit sehingga menciptakan konsep perbelanjaan bergaya 'Mall' sekaligus mengetengahkan One Stop Shopping," kata Managing Director PT SSB, Bambang Ekajaya secara terpisah.

Bambang juga menuturkan, PT SBP merupakan salah satu pengembang yang sarat dengan pengalaman dan piawai mengembangkan berbagai kawasan di Indonesia untuk menjadi pusat kegiatan sosial dan ekonomi.

"Luas lahan de Green Square @ Tambun mencapai 20 hektar secara keseluruhan. Untuk ruko sekitar 2 (dua) hektar. Di lahan ini kami akan memfasilitasi masyarakat dengan sarana 'entertainment centre', 'education-tainment' dan 'shopping-tainment' yang tentunya akan menjadi 'life style' bagi kehidupan masyarakat modern di Tambun dan sekitarnya," katanya.

Tidak hanya itu, pihaknya siap menghadirkan "Resto-Tainment Centre" dengan konsep modern dengan cita rasa bintang lima tetapi harga kaki lima.

Bambang menambahkan, harga yang kami tawarkan sangat kompetitif. Satu unit ruko hanya Rp300 jutaan. "Kami yakin dalam bulan-bulan ini akan terjual sekitar 40 unit ruko dan pembangunannya direncanakan selesai dalam waktu empat sampai lima tahap pembangunan," katanya.

Sumber:
http://forum.kompas.com/properti/207100-ikang-fawzi-akan-kembangkan-pusat-bisnis-prestisius-tambun.html

"Ikang Fawzi Kembangkan Pusat Bisnis Prestisius Tambun (dlm Marissa Haque)"


Rabu, 03 Oktober 2012

“Basu Swastha Dharmmesta: Making Batik and Marketing It (dalam Marissa Haque Ikang Fawzi)”



Sumber: http://www.thejakartapost.com/news/2012/10/03/basu-swastha-dharmmestha-making-batik-and-marketing-it.html
(JP/Slamet Susanto)
(JP/Slamet Susanto)

Professors of economics with marketing expertise can be found at various universities, but economists engaged in the art of batik painting are rare. Among the few is Basu Swastha Dharmmestha.

Combining marketing and art is what the man with an MBA who is a marketing lecturer at Gadjah Mada University (UGM) in Yogyakarta has been doing.

Having learned to draw during childhood, in his high school years Basu also practiced batik painting while apprenticed with Javanese dance maestro and batik artist Bagong Kussudiardjo in his workshop in Yogyakarta.

Basu continued to paint with his first work, Burung Hantu (Owl), produced in 1968, followed by Keburukan vs Kebaikan (Evil vs Virtue, 1973), Ikan (Fish, 1980) and Dua Prajurit Pandawa (Two Pandava Soldiers, 1985).

From 1985 to 2010, Basu went on hiatus from painting to focus on teaching.

“In 2010, I visited an exhibition at the Jogja Expo Center (JEC). I was given a canvas to paint. Since then I’ve started batik painting again,” he said. Now with his hundreds of batik works, Basu hopes that through pictures, batik — already recognized by UNESCO as a world heritage item — will become even more popular around the world.

The demise of batik figures in Yogyakarta such as Bambang Utoro, Bagong Kussudiardjo and Amri Yahya has further motivated him. “I want to keep learning and painting to succeed the batik specialists, especially after the passing of Amri Yahya,” said Basu.

Basu avoids being trapped in certain batik design schools. His paintings constitute a blend of contemporary, naturalistic and abstract elements, all in a decorative style.

Through batik images, Basu also wishes to convey a message of peace. His fish motifs, for instance, depict the dynamic sea animals’ ability to adapt rapidly.

“Conflict is unnecessary. Adapting ourselves to current conditions and the world is something beautiful. It’s the philosophy of my fish patterns,” said the father of four.

Apart from fish, Basu also has adopted many wayang (shadow puppet) characters, particularly the Pandava brothers of the Hindu epic Mahabharata. With their lofty values, wayang figures are also seen as compatible with the science of marketing.

“We should identify our consumers. Europeans are fond of ethnic objects and wayang designs are ethnic in nature,” he said. Without a doubt, his wayang canvases are being collected by his overseas friends and foreign tourists.

“Such works will further globalize batik while communicating the noble values of wayang and the high integrity of the Pandavas as models of excellent conduct,” he said.

Basu shares his artistic talent with his family, related by blood to the late distinguished choreographer and batik painter Bagong Kussudiardjo.

To mark his return to the art world, Basu held a solo exhibition at the Koesnadi Hardjasumantri Cultural Center at UGM recently, displaying 54 works from 1968 to 2012 under the theme “The awakening of batik painting to make the world worth living”.

A book, Batik Lukis Basu SD (Batik Paintings of Basu SD), written by artists Marissa Haque and Meta Ayu Thereskova, was also launched at the event.

“I’m very interested in his work and feel grateful for participating in the efforts of Basu Swastha, an economist who combines marketing science and art,” Marissa said.

Today, the professor divides his time between teaching and art. “I have my family’s support. After retirement I’m going to be focusing on the art of batik painting and make batik even more famous the world over,” he said.

“Basu Swastha Dharmmesta: Making Batik and Marketing It (dalam Marissa Haque Ikang Fawzi)”

Rabu, 29 Agustus 2012

Ikang Fawzi: Dua jam membaca (untuk Marissa Haque)

Ikang Fawzi: Dua jam membaca

Oleh Rahmayulis Saleh
Ikang Fauzi (antara)
Sumber: http://bisnis-jabar.com/index.php/berita/ikang-fawzi-dua-jam-membaca

Musisi dan penyanyi rock Indonesia ini sejak kecil sudah akrab dengan buku. Sebagai anak seorang  diplomat yang sering mengikuti tugas ayahnya di beberapa negara, Ahmad Zulfikar Fawzi atau lebih dikenal dengan nama Ikang Fawzi, menjadikan buku dan berkesenian sebagai pengisi waktu luangnya selain belajar.
Laki-laki kelahiran Jakarta, 23 Oktober 1959, ini menghabiskan masa kecilnya di luar negeri. Dia menjalani sekolah taman kanak-kanak (TK) dan sekolah dasar di Belgia dan Jepang, mengikuti ayahnya Fawzi Abdulrani, yang waktu itu menjadi diplomat.

Kebiasaannya membaca buku sejak kecil itu, menurut Ikang, telah membuka dan menambah wawasannya. Dan kegiatan itu terus berlanjut hingga sekarang sampai dia sudah menikah dengan artis Marissa Grace Haque, dan memiliki dua putrid yang sudah beranjak dewasa.

“Setiap hari saya terbiasa membaca sampai dua jam, waktunya bisa kapan saja. Saat ini yang banyak saya baca buku-buku tentang ekonomi dan gaya hidup,” ungkap Penyanyi Rock Terbaik versi Majalah Gadis pada 1986 ini.

Menurut Ikang, hobinya membaca tersebut juga diikuti oleh isterinya dan kedua anaknya. Di rumahnya saat tersedia dua buah perpustakaan, dengan ribuan judul buku.

“Isinya macam-macam sesuai dengan bacaan kesenangan masing-masing keluarga. Untuk saya lebih suka baca masalah ekonomi,” ujar Duta On Clinic ini di Jakarta beberapa waktu lalu di sela-sela seminar yang diadakan On Clinic.

Selain membaca, ternyata sejak kecil Ikang juga suka berkesenian. Darah seni mengalir dari ayahnya, yang dulu pemain Hawaiian, pencipta lagu, dan penyanyi. Ayahnya selalu mendorong Ikang untuk berkesenian, dan  saat berusia 10 tahun, dia dimasukkan ke Yamaha Musik di Jepang untuk kursus privat electone dan drum.

Ikang juga dimasukkan ke klub belajar beladiri. Saat di Jepang dia belajar karate. Setelah kembali ke Indonesia, dia menekuni pencak silat. Tak heran walau sudah berusia di atas 50 tahun, tubuhnya masih tetap energik dan bugar.

Menurut Ikang yang juga pengusaha properti ini, memperhatikan gaya hidup menjadi sangat penting, terutama dalam mejalani pola hidup sehat, dan selalu berupaya melakukan hal-hal yang positif.

Setiap hari dia berusaha menghindari makanan yang banyak lemak, dan berenang di rumahnya dua hari sekali, masing-masing satu jam. “Dulu saya juga olahraga barbel, tapi di usia sekarang ini paling cocok bagi saya adalah berenang, mengonsumsi makana sehat, dan baca buku, serta bermusik,” ungkap Ikang yang tengah kuliah master (S2) di UGM  Yogyakarta ini. (MSU)

Marissa Haque Ikang Fawzi: "Manusia Sebenarnya Sedang Tidur"



Jakarta, 12 Juli, 2004
Oleh Marissa Haque Fawzi

Untuk Majalah Noor edisi September 2004.


Dalam sebuah perenungan panjang, tatkala kutatap lalu lalang manusia yang menyemut dalam sebuah perjalanan panjang Bintaro ke Jakarta Pusat, terbayang wajah-wajah banyak manusia melangkah dengan mata terpejam. Ah, mereka sedang tidur!

Annemarie Schimmel, seorang wanita keras hati namun halus budi yang dititipi Allah kecerdasan diatas rata-rata dengan kemampuan verbal yang sangat lancar, adalah salah seorang role model ku didunia Sufisme/Tasawuf. Dalam salah satu buku tulisannya yang berjudul Jiwaku adalah Wanita, didalam paragraf pembukanya diceritakan sebuah kisah tentang seorang guru India yang sedang berkunjung ke Damaskus, Syria.

Buku yang diceritakan tersebut adalah sebuah buku tua terbitan 1872 dengan judul Padmanaba dan Hasan. Disana sang guru India tersebut memperkenalkan awal langkah misteri kehidupan spiritual kepada seorang anak laki_laki yang bernama Hasan yang membawanya kesebuah ruang bawah tanah. Ada sebuah keranda yang berdampingan dengan bekas singgasana Raja teronggok, dikelilingi sekumpulan harta benda ratna mutu manikam yang tak ternilai. Pada keranda tersebut terpatri kata-kata “…sebenarnya manusia itu semua sedang tidur, ketika mereka meninggal dunia, pada saat itulah mereka sebenarnya terbangun.” Schimmel kemudian baru menyadari belakangan bahwa ternyata sepenggal kata-kata yang terpatri tersebut adalah hadis Rasulullah Muhammad yang amat disukai dikalangan para Sufi dan penyair dunia Islam.

Didalam konteks posisiku sebagai anggota DPR terpilih periode 2004-2009 melalui partai Politik PDI Perjuangan, aku merasakan sepotong tulisan yang saya kutip diatas dari buku Annemarie Schimmel, adalah sebuah metafora pula dari penggalan lain langkah kehidupanku dalam kaitan dengan dunia politik. Betapa kehidupan singkat manusia ini hanyalah sepenggal mimpi pendek bunga tidur yang akan menetukan sebuah kehidupan abadi lainnya setelah alam dunia ini. Betapa sesungguhnya mimpi pendek ini sangat silau dengan tipu daya yang menjerumuskan. Alangkah kita nantinya akan menyesali ayunan langkah kehidupan yang telah kita lakukan, saat kita menyadari bahwa dikala mati kelak tidak satupun harta dunia akan terbawa.

Menjadi seorang anggota DPR, merupakan amanah sekaligus ujian dan jebakan yang nyata, yang akan menguji apakah dipenghujung langkah hidupku kelak aku layak menjadi kekasih Allah dan sahabat Rasulullah. Dimana kebutuhan transendental merupakan intrinsik atau innate property yang membuat setiap manusia itu cinta Illahi—apapun agama yang dipeluknya—dan ingin bersatu dengan Nya dikehidupan abadi kelak. Saat itu adalah saat dimana manusia sudah benar-benar bangun dari tidurnya. Namun sekarang masalahnya. Apakah manusia mengetahui bahwa sebenarnya mereka itu sedang tidur pada saat mereka sedang melakukan aktifitas kesehariannya? Wallahualam bisawab. Semoga Allah SWT membimbing pada jalan keselamatan didunia dan di akhirat, dan mengumpulkan kita semua kelak didalam tempat yang sejuk serta penuh dengan cahaya cinta kasih abadi.


Marissa Haque Ikang Fawzi: "Manusia Sebenarnya Sedang Tidur"

Senin, 27 Agustus 2012

Marissa Haque Fawzi: "Indonesia's Cinematic Art Stumble and Surge"

Indonesia's Cinematic Art Stumble and Surge
 
World Paper, New York, USA
June, 2001


By. Marissa Haque Fawzi
An Indonesia Actress, is in Residence at Ohio University

 
Indonesia as a country among many countries in the world, cannot escape of the effect of globalization. More specially, the Indonesia film industry is influenced and shaped by the cultures and trends of many other nations. This assimilation necessary and positive for progress and increased quality as long as an individual maintains his/ her own touch, so to speak. This process is guaranteed by the fact that our world grows smaller everyday and the boundaries that once existed are no more.

The father of Indonesia film, Mr. Haji Usmar Ismail, was the first Indonesia artist to graduate from the School of Film at the University of California Los Angles as early as the 1940s. Generations to follow in the 1970’s were strongly predisposed to Russian production style and technique with Indonesian graduate from Moscow University such as Syumandjaja and Amy Priono.

Many artists to follow, Producers and Directors are products of Indonesia education and training. Their work, also distinguished, is colored by local wit and wisdom. A result of their efforts has been “Edutainment” or educational entertainment for the Indonesian citizen.

The only trouble with this is seen in the extremely small ratio of these artists in relation to the population of Indonesia, which far exceeds 200 million. If the love of money is the root of all evil it has also been the demise of the film industry in Indonesia. Many Directors viewed the production of movies as a monetary printing press.

The typical Indonesian film left nothing for the viewing public; there was no moral message and no real meaning. By the end of 1980s the film industry has stagnated and come to screeching halt. The Indonesia government further stifled the industry’s creativity and quality, and the differences from one film to the next became almost impossible to discern. It was a frustrating time for the movie-going public and even exasperating for those production teams that sought to create.

In 1990s gave us Garin Nugroho. As a young man, he graduated from University of Indonesia with a degree in Law and attended Indonesia’s Institut Kesenian Jakarta (Indonesian Art Institute). Garin Nugroho was determined to create new standard, and in the mid-1990s he began work. Nugroho presented an Eastern European style of production. Many Indonesian viewers did not understand this style of production and found the storylines difficult to follow, but his works have been honored (and have placed) at almost every international film festivals in which those have appeared.

Toward the end of 1999, a group of young Indonesian film graduates that, to date, do not wish to be identified with other movie production teams, came together to produce. They represent the new techno generation, seeking something new and different from all who came before them, and it is known to Indonesians today as the movie Kuldesak. This independent production team used a grassroots style marketing strategy throughout production. The film smacks of Quentin Tarantino. The theme song from thia movie was also honored by MTV at the MTV awards 2000 in New York.

The year 2000 was phenomenon for Rivai Riza (Film Director), Mira Lesmana and Triawan Munaf (Co Producers) with their award-winning production Petualangan Sherina or the Adventures of Sherina. The British honored this production with the presentation of the British Chavening Award Scholarship to Riza. This is only logical because Riza finished his Master of Arts in screenwriting at a British Institution in 1999. Riza ia rich with British style.

What do we see in the future of the Indonesian film industry? What style do we hope will prevail? There are so many possibilities, but that which cannot be denied and is clear to even those who would close their eyes is that American films are shown on every channel of Indonesian television and fill Indonesian theatres. In this lies an undeniable answer.

We are also aware that American film is a collection of assimilations from across the world. Thus we come full circle of globalization and interdependent world in which we live. We will, each and every one of us, learn from all of those around us without exception, if we hope to progress. This is a continual process that will go on for as long as we breathe.


Marissa Haque Fawzi: "Indonesia's Cinematic Art Stumble and Surge"


Minggu, 11 September 2011

"Ikang Fawzi & Marissa Haque: Selamat Hari Ulang Tahun Mas Hanafi Rais, Semoga Menang di Hati Rakyat Yogyakarta"

Tegaskan Ora Golek Balen
Sunday, 11 September 2011 09:12
Tegaskan Ora Golek Balen
Fitri Bertekad Jadi Talang Garing


Sumber: http://www.radarjogja.co.id/berita/utama/21917-tegaskan-ora-golek-balen.html

JOGJA - Pasangan calon (paslon) nomor urut 2 Ahmad Hanafi Rais dan Tri Harjun Ismaji kemarin (10/9) mendapatkan giliran melakukan kampanye terbuka. Paslon yang membuat akronim Fitri itu kembali menegaskan tak akan mengambil gajinya selama menjadi wali kota dan wakil wali kota.

Kampanye terbuka Fitri ini menghadirkan sejumlah tokoh. Bahkan, mereka juga mendatang artis Marissa Haque dan Ikang Fawzi. Pasangan mantan artis nasional tersebut menghibur pendukung Fitri di Purawisata, Lapangan Sidokabul, dan Lapangan Karang Kotagede.

Aksi kampanye di Lapangan Karang diawali orasi anggota DPRD DIJ Arif Noor Hartanto. Dia mengajak seluruh warga yang hadir tak sekadar menyoblos kartu suara. Tapi, mereka juga harus mempertimbangkan kondisi Kota Jogja lima tahun ke depan.

"Pilih calon wali kota yang benar-benar memiliki komitmen bebas korupsi dan menyejahterakan rakyatnya,"
ujar politisi yang akrab disapa Inung itu, saat berorasi.

Orator selanjutnya adalah Koordinator Gerakan Rakyat Jogja (GRJ) Gazali. Salah seorang penggerak gerakan pro penetapan ini meminta seluruh masyarakat untuk berjuang bersama-sama mempertahankan keistimewaan Jogjakarta. "Mas Hanafi sudah sejak lama turun mendukung keistimewaan. Jadi, kenapa kita harus bingung dengan status keistimewaan Jogjakarta. Pilih Fitri untuk pro penetapan," kata Gazali.

Tak berbeda dengan Gazali, mantan Wakil Wali Kota Jogja Syukri Fadholi juga memastikan kepemimpinan Fitri akan menjadikan Kota Jogja lebih baik. "Kenapa saya mundur untuk mendampingi Mas Hanafi? Karena yang menggantikan saya ternyata jauh lebih baik dan tepat," jelas Ketua DPW PPP DIJ. Pernyataan ini ditujukan kepada Tri Harjun, pendamping Hanafi.

Syukri menyampaikan tiga ajakan kepada masyarakat. Sak kasur, ajak istri atau suami. "Nek ra duwe bojo, ajak bojone tanggane nyoblos nomor 2. Sak dapur, ajak teman-teman semeja makan nyoblos Fitri. Dan, sak sumur, ajak teman-teman yang satu sumur atau tetangga," terangnya.

Usai ketiga tokoh lokal tersebut, giliran pasangan artis Ikang Fawzi dan Marissa Haque. Mereka mengajak masyarakat memilih Fitri dengan menyanyikan sebuah lagu gubahan Ahmad Dhani. "Tuhan kirimkanlah aku, pemimpin yang paling santun, Hanafi dan Pak Tri”. Masa yang berkumpul di lapangan turut menyanyikannya.

Hanafi kembali meneguhkan tekadnya. Saat berorasi, menegaskan janji Fitri untuk tidak mengambil gaji sebagai wali kota dan wakil wali kota. Fitri akan mengembalikan seluruh penghasilan sebagai wali kota dan wakil wali kota kepada masyarakat.

"Kami juga bertekad menjadi talang garing. Artinya, kami akan mengembalikan seluruh proyek kepada masyarakat, tanpa mengambil sepeser pun. Karena, proyek itu tujuannya memang untuk kesejahteraan masyarakat," imbuhnya.

Kampanye terbuka kemarin menjadi hari spesial bagi Hanafi. Dia merayakan ulang tahun yang ke-33.
Dia pun menerima banyak ucapan dari pendukungnya. (eri)

"Ikang Fawzi & Marissa Haque: Selamat Hari Ulang Tahun Mas Hanafi Rais, Semoga Menang di Hati Rakyat Yogyakarta"

Metro TV, Hasil Polling Awal 2009

Metro TV, Hasil Polling Awal 2009
marissa Haque Fawzi & Ikang Fawzi, Metro TV, Hasil Polling Awal 2009

Koran Kompas, Hasil Polling Awal 2010

Koran Kompas, Hasil Polling Awal 2010
Polling Kompas 2010, Walau Lama tak Muncul, Namun Marissa Haque Istri Ikang Fawzi Tetap dalam Ranking di Atas

"Preman": Karya Ikang Fawzi

"Preman": Karya Ikang Fawzi
Ikang Fawzi Roker Indonesia dng Pendidikan Mumpuni (FISIP-UI & FEB-UGM)

Ikang Fawzi and His PAN Team

Ikang Fawzi and His PAN Team
PAN dalam Hati Ikang Fawzi untuk Keluarganya